Kamis, 17 Oktober 2013


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN IV
PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET



OLEH :


NAMA                :  AMALIAH FAUZIAH KADIR
NIM                     :  F1F1 12 024
KELOMPOK     :  IV
KELAS                           :  A           
ASISTEN            :  GAYUH AGASTIA

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
PENETAPAN KADAR PROTEIN SECARA BIURET
A.      TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar protein dengan metode biuret.
B.       TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah komponen yang terdiri atas atom karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa ada yang mengandung sulfur. Tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relative sangat besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000. protein yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun yang mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20 persen dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Protein terkandung dalam makanan nabati dan hewani, tetapi protein hewani paling bernilai untuk tubuh manusia sebagai materi pembangun karena komposisinya sama dengan protein manusia. Sumber protein yang berasal dari hewani antara lain telur yang mengandung albumin, daging tanpa lemak yang mengandung myosin, susu yang mengandung kaseinogen dan laktalbumin dan keju yang mengandung kasein. Sumber protein yang berasal dari nabati antara lain gandum dan gandum hitam yang mengandung zat perekat dan kacang-kacangan yang mengandung polong-polongan (Watson, 2002).
Kebutuhan nutrient yang perlu diketahui antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein merupakan zat makanan yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukkan jaringan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak, serta penambahan protein tubuh dalam proses pertumbuhan. Protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Oleh karena itu, dalam menentukan kebutuhan nutrisi, kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih dahulu (Suhenda dan Evi 1997).
Protein juga dapat digunakan sebagai sumber energy seperti halnya lemak dan karbohidrat. Mengingat harga protein relative lebih mahal dibandingkan dengan lemak dan karbohidrat, maka protein diusahakan dimanfaatkan hanya untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan yang rusak (Suhenda dan Evi 1997).  
Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien yang berperan penting dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung N, di samping C, H, O, S dan kadang kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan manusia. Pada organisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme kekurangan protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 – 90% dari seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Maharani dan Yusrin, 2010).
Fungsi protein adalah: a) sebagai bahan bakar atau energi karena mengandung karbon, maka dapat digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar manakala keperluan tubuh akan energi tidak diterpenuhi oleh lemak dan karbohidrat; b) Sebagai zat pengatur yaitu mengatur berbagai proses tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai bahan pembentuk zat-zat yang mengatur berbagai proses tubuh; dan c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel yang rusak maupun yang tidak rusak. Kebutuhan protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur.  Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1) Analisa kualitatif: Test Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon, Test Ninhidrin; dan 2) Analisa kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol, Turbidimetri atau kekeruhan, dan Metode Kjeldahl (Maharani dan Yusrin, 2010).

F.       PEMBAHASAN
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe, jumlah dan susunan asam aminonya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur molekuler, kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting dalam makanan, dimana protein merupakn sumber energi sekaligus mengandung asam-asam amino esensial seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine, isoleucine dan valine (esensial berarti penting bagi tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh).
Pada percobaan penentuan kadar protein secara biuret ini, penentuan kadar protein didasarkan pada pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang berwarna ungu. Hal ini terjadi apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam lingkungan alkali.
Sampel yang digunakan untuk menetapkan kadar protein secara biuret adalah susu bubuk dan putih telur. Sampel susu bubuk ditimbang sebanyak 0,05 gram dan diencerkan dengan akuades sebanyak 5 ml. Setelah mendapatkan larutan susu, larutan susu tersebut dipipet sebanyak 1ml,  ditambahkan 4 ml reagen biuret dan didiamkan selama 30 menit. Ini bertujuan agar proses pembentukan senyawa kompleks berwarna dapat berlangsung dengan benar-benar sempurna. Perlakuan yang sama juga di lakukan untuk sampel putih telur. Untuk sampel putih telur dibuat 5 larutan dengan konsentrasi yang berbeda.
Terjadinya ikatan komleks yang berwarna ungu apabila protein bereaksi dengan tembaga dalam suasana alkali dalam hal ini digunakan NaOH sebagai basa kuat yang memiliki ion OH- yang tinggi dalam larutan sehingga mampu mengikat ion H+ pada larutan tersebut. Ion H+ yang lebih reaktif tersebut dapat diikat dan tak akan bereaksi dengan gugus amino, sehingga ion Cu2+ dapat bereaksi dengan gugus amino dari ikatan peptida dari protein dalam larutan susu (kasein). Senyawa kompleks ini terlihat segera setelah penambahan reagen biuret dengan terbentuknya warna ungu pada larutan.
Senyawa dengan dua atau lebih ikatan peptida apabila direaksikan dengan garam Cu2+ (kupri) pada suasana basa maka akan membentuk suatu kompleks warna ungu violet yang absorbansinya dapat dibaca pada panjang gelombang 546nm. Reaksi warna bisa terjadi karena ion Cu2+ merupakan golongan transisi yang orbital d nya tidak penuh. Sehingga terjadi transisi elektron pada senyawa kompleks (ligan-ion logam) dari orbital d yang satu ke orbital d lainnya. Transisi ini terjadi dari ligan yang kaya elektron ke ion Cu2+ yang miskin elektron.
 Setelah senyawa kompleks berwarna terbentuk, baru dilakukan pengukuran dengan spektrometer UV pada panjang gelombang 540 nm. Pada percobaan ini digunakan metode spektroskopi yaitu pengidentifikasi suatu objek dengan menggunakan kriteria warna. Dalam percobaan ini, kita menggunakan kriteria warna ungu dari protein. Sehingga didapatkan larutan protein yang berwarna ungu pada masing-masing konsentrasi.Warna dari larutan protein berbeda-beda dari berbagai konsentrasi. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka semakin pekat warna yang terbentuk dan sebaliknya. Di dalam spektrofotometer, larutan protein mengadsorbsi cahaya yang diberikan kepadanya. Hal ini merupakan wujud dari interaksi suatu atom dengan cahaya. Dimana energi elektromagnetiknya ditransfer ke atom atau molekul sehingga partikel dalam protein dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu tingkat tereksitasi. Dari hasil pengidentifikasian pada spektrofotometer, didapatlah harga absorbansi pada masing-masing konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga harga absorbansi yang didapat semakin besar juga.
  
G.      Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah penetapan kadar protein secara biuret didasarkan atas pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks berwarna ungu violet yang terjadi ketika protein bereaksi denga tembaga dalam lingkungan alkali. Semakin tinggi konsentrasi protein yang terdapat dalam larutan maka semakin pekat pula kompleks warna ungu yang dihasilkan. Absorbansi suatu larutan berbanding lurus dengan konsentrasinya, sehingga semakin besar konsentrasi maka semakin banyak protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga harga absorbansi yang didapat semakin besar juga.

 DAFTAR PUSTAKA
Devi, Nirmala. 2010, Nutrition and Food, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, Halaman 33-34. 
Maharani, Endang Triwahyuni dan Yusrin, 2 Kadar Protein Kista Artemi Curah Yang Dijual Petambak Kota Rembang Dengan Variasi Suhu Penyimpanan, Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010, Universitas Muhammadiyah
 Semarang.
Suhenda, Ningrum dan Evi Tahapari, 1997, Penentuan Kebutuhan Kadar Protein Untuk Pertumbuhan Dan Sintasan Benih Ikan Jelawat, Jurnal Penenlitian Perikanan Indonesia, Vol. III, No. 2, Sukamandi.
Watson, Roger, 2002, Anatomi dan Fisiologi, Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Halaman 359-360.  


Minggu, 16 Juni 2013

Penemuan baru di bidang farmasi dan teknologi kesehatan siap diharapkan berkontribusi bagi masyarakat


Sembilan Penemuan Terbaru Peneliti Indonesia Siap Diproduksi

Penemuan baru di bidang farmasi dan teknologi kesehatan siap diharapkan berkontribusi bagi masyarakat

laboratorium,peneliti,belajarIlustrasi laboratorium. (thinkstockphoto).
Sembilan penemuan terbaru peneliti Indonesia dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta di bidang farmasi dan teknologi kesehatan akan diproduksi pada 2013 mendatang.
“Selama ini berbagai penemuan di perguruan tinggi hanya berhenti pada prototype atau uji coba saja. Belum banyak penelitian yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Jumat (28/12).
Sembilan penemuan tersebut adalah bone filler (bahan pengisi tulang), gama-hip(penyambung tulang pangkal paha), bone graft gama-cha (cangkok tulang), anti kolesterol ekstrak sambung nyawa, anti diabetes, pengembangan new entity analgetika termasuk turunannya anti-inflamasi dan imunomodulator, nanoteknologi, uji toksisitas babe, serta pembawa vaksin, dan stem cell gama-cha.
Dahlan mengatakan, sejumlah hasil penelitian tersebut berpotensi untuk dikembangkan karena memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Dalam memproduksi kesembilan hasil penemuan tersebut, pihak BUMN akan merangkul industri obat-obatan.
Sementara itu, UGM memiliki kewajiban menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk pengembangan. Hal itu ditujukan agar penelitian yang telah berjalan tidak perlu diulang kembali karena sudah sesuai dengan syarat BPOM. “Juli 2013 mendatang akan mulai diproduksi oleh BUMN,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor UGM Pratikno, tak menampik bahwa BUMN telah menggandeng UGM dalam merealiasikan sejumlah temuan penelitinya. Berbagai inovasi yang ada akan dikawal oleh BUMN untuk dikembangkan sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan masyarakat.
 “UGM telah sepakat untuk mengembangkan lebih lanjut sejumlah penemuan di bidang kesehatan dan kedokteran didampingi BUMN dalam produksinya,” tuturnya.
(Olivia Lewi Pramesti)

Jumat, 24 Mei 2013


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN II
REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG
C, H, O, N YANG LAIN

OLEH :

NAMA                                   :  AMALIAH FAUZIAH KADIR
NIM                                       :  F1F1 12 024
KELOMPOK                        :  III
KELAS                                  :  A
              ASISTEN PEMBIMBING   :  SARLAN, S.Si


LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013


REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C, H, O, N YANG LAIN
A.       TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung unsure C, H, O, N yang lain.
B.       LANDASAN TEORI
Kimia Farmasi Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Sedangkan analsis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau senyawa yang ada di dalam sampel (Gandjar, 2007).
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tubuh seseorang yang kekurangan vitamin C dengan mudah terkena penyakit yang dikenal sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah, nyeri otot dan sendi, berat badan berkurang, lesu dan lain-lain. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk mengatur control kapiler darah secara memadai , mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes, memelihara kehamilan dan lain-lain (Arifin, dkk., 2007).
Ampisilin digunakan secara luas sebagai obat pilihan untuk pengobatan infeksi. Hal ini dikarenakan ampisilin mempunyai spectrum antimikroba yang luas, dimana senyawa ini aktif terhadap Haemophilus influenza, Bordetella pertusis, Neisseria gonorrhoeae, N meningitides, Salmonella typhy, Proteus mirabilis, dan berbagai jalur E. coli. Ampisilin banyak digunakan dalam pengobatan infeksi pada saluran napas dan saluran seni, gonorhu, gastroenteritis, dan meningitis (Putra, 2002).
Antibiotik adalah substansi yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah satu antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011).
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan kadar besi dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan shock sirkulasi yang parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol sebagai anti infeksi menjadi terbatas mengingat efek sampingnya pada darah yang membahayakan kesehatan. Oleh karena itu perlu pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih efektif pada dosis yang lebih rendah sehingga efek samping obat berkurang (Sudjaswadi, 1999).


















C.       URAIAN BAHAN
1.         Akuades (Dirjen POM, 1979).
Nama                   : Aqua Destillata
Sinonim                : Air suling
Berat Molekul      : 18,02
Rumus Molekul   : H2O
Pemerian              : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
                               mempunyai rasa.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             : Sebagai pelarut.
2.         Vitamin C (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Acidum Ascorbicum, Asam Askorbat
Berat Molekul      : 176, 13
Rumus Molekul   : C6H8O6
Pemerian              : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau;
                               rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi
                               gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam
                               larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan             : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
                                      (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
                                      P dan dalam  benzene P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Kegunaan             : Antiskorbut, sebagai sampel.
3.         CTM (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain           : Chlorpheniramini Maleas
Berat Molekul      : 390,87
Rumus Molekul   : C16H19ClN2.C4H4O4
Pemerian              : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit. 
Kelarutan             : Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol (95%) P
                                      dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter
                                      P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan             : Antihistaminikum, sebagai sampel.
4.         Difenhidramin HCl (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Diphenhydramini Hydrochloridum
Berat Molekul      : 291,82
Rumus Molekul   : C17H21NO.HCl
Pemerian              : Serbuk hablur; putih; tidak berbau. Jika kena cahaya,
                                      perlahan-lahan warnanya akan semakin gelap. Larutannya
                                      praktis netral terhadap kertas lakmus P.
Kelarutan             : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam
                               kloroform P; agak sukar larut dalam aseton P; sangat
                               sukar larut dalam  benzene P dan dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Kegunaan             : Antihistaminikum, sebagai sampel.

5.         Streptomisin (Dirjen POM, 1979).
Nama Lain           : Streptomycini Sulfas, Streptomisina Sulfat
Berat Molekul      : 1457,40
Rumus Molekul   : C42H78N14O24.3H2O
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
                               etanol(95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Pemerian              : Zat padat; putih atau hamper putih; tidak berbau atau
                               berbau lemah; rasa agak pahit.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup kedap.
Kegunaan             : Antibiotik, stimulan susunan saraf pusat, sebagai sampel.
6.         Tetrasiklina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Tetracyclinum 
Berat Molekul      : 444,44
Rumus Molekul   : C22H24N2O8
Pemerian              : Serbuk hablur; kuning; tidak berbau atau sedikit berbau
  lemah.
Kelarutan             : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 50 bagian  etanol
                                      (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam
                                      eter P; larut dalam asam encer; larut dalam alkali disertai
                                      peruraian.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. Jika
                               dalam udara lembab terkena sinar matahari langsung,
                               warna menjadi gelap; larutan dengan pH tidak lebih dari 2
                               menjadi inaktif dan rusak pada pH 7 atau lebih.
Kegunaan             : Antibiotikum, sebagai sampel.
7.         Penisilina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Phenoxymethylpenicillinum, Fenoksimetilpenisilina
Berat Molekul      : 350,40
Rumus Molekul   : C16H18N2O5S
Pemerian              : Serbuk hablur halus; putih.
Kelarutan             : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol
                                      (95%) P, praktis tidak larut dalam paraffin cair P dan
                                      dalam minyak lemak. 
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             : Antibiotikum, sebagai sampel.
8.         Kloramfenikol (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Chloramphenicolum 
Berat Molekul      : 323,13
Rumus Molekul   : C11H12Cl2N2O5
Pemerian              : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;
                                      putih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak
                                      berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah,
                                      mantap.
Kelarutan             : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air; dalam 2,5 bagian
                                      etanol (95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P,
                                      sukar  larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan             : Antibiotikum, sebagai sampel.
9.         Ampisilina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Ampicillinum 
Berat Molekul      : 349,41
Rumus Molekul   : C16H19N3O4S
Pemerian              : Serbuk hablur renik; putih; tidak berbau atau hampir tidak
                                      berbau; rasa pahit.
Kelarutan             : Larut dalam 170 bagian air; praktis tidak larut dalam 2,5
                                      bagian etanol (95%) P, dalam kloroform P , dalam eter P,
                                      dalam aseton P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             : Antibiotikum, sebagai sampel.
10.     Asam Klorida (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Acidum Hydrochloridum
Berat Molekul      : 36,46
Rumus Molekul   : HCl
Pemerian              : Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang;
                                      Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang.
                                      Bobot jenis lebih kurang 1,18.
Kelarutan             : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
                                      menimbulkan panas.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan             : Zat tambahan.
11.     Asam Sulfat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Acidum Sulfuricum
Berat Molekul      : 98,07            
Rumus Molekul   : H2SO4
Pemerian              : Cairan jernih seperti minyak, tidak berwarna, bau sangat
                                      tajam dan korosif. Bobot jenis lebih kurang 1,84.
Kelarutan             : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan
                                      menimbulkan panas.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan             : Sebagai sampel.
12.     Besi (III) Klorida (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Feri klorida
Berat Molekul      : 162,2
Rumus Molekul   : FeCl3
Pemerian              : Hablur atau serbuk hablur berwarna hitam kehijauan; oleh
                                      pengaruh lembab udara berubah menjadi jingga.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan             : Zat tambahan.
13.     Iodium (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Iodum
Berat Molekul      : 126,90
Rumus Molekul   : I
Pemerian              : Keping atau granul, berat, hitam keabu-abuan; bau khas;
                                      berkilau seperti metal.
Kelarutan             : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam karbon
                                      disulfida, dalam kloroform, dalam karbon tetraklorida dan
                                      dalam eter; larut dalam etanol dan dalam larutan iodida;
                                      agak sukar larut dalam gliserin.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan             : Zat tambahan.
14.     Kalium Permanganat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Kalii Permanganas
Berat Molekul      : 158,03
Rumus Molekul   : KMnO4
Pemerian              : Hablur, ungu tua, hampir tidak tembus oleh cahaya yang
                                      diteruskan dan berwarna biru metalik mengkilap oleh
                                      cahaya yang dipantulkan, kadang-kadang disertai warna
                                      merah tembaga tua; stabil di udara. 
Kelarutan             : Larut dalam air; mudah larut dalam air mendidih.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             : Zat tambahan.
15.     Kloroform (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Chloroformum
Berat Molekul      : 119,38
Rumus Molekul   : CHCl3
Pemerian              : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa
                                      manis dan membakar.
Kelarutan             : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut
                                      dalam etaol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar
                                      pelarut organic, dalam minyak atsiri dan dalam minyak
                                      lemak.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung
                               dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 300.
Kegunaan             : Zat tambahan.
16.     Perak Nitrat (Dirjen POM, 1979).
Sinonim                : Argenti Nitras
Berat Molekul      : 169,87
Rumus Molekul   : AgNO3
Pemerian              : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih;
                                      tidak berbau; menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan             : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan             : Antiseptikum ekstern, kaustikum.
17.     Tembaga Sulfat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim                : Kupri (II) Sulfat
Berat Molekul      : 159,60
Rumus Molekul   : CuSO4
Pemerian              : Serbuk putih atau keabuan, bebas dari sedikit warna biru.
Kelarutan             : Larut dalam air.
Penyimpanan       : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan             : Sebagai sampel.




















D.       ALAT DAN BAHAN
1.         Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
·           Batang pengaduk
·           Gegep
·           Gelas kimia
·           Hot plate
·           Lumpang dan alu
·           Pipet tetes
·           Sendok tanduk
·           Tabung reaksi.
2.         Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
·           Akuades
·           Ampisilin dalam sampel
·           CTM dalam sampel
·           CTM murni
·           Difenhidramin-HCL 
·           Kloramfenikol dalam sampel
·           Kloramfenikol muni
·           Larutan AgNO3 (perak nitrat)
·           Larutan CuSO4 (tembaga sulfat)
·           Larutan FeCl3 (Besi (III) klorida)
·           Larutan fehling
·           Larutan HCl (asam klorida) encer
·           Larutan H2SO4 (asam sulfat) pekat
·           Larutan Iodium (I)
·           Larutan KMnO4 (kalium permanganat)
·           Larutan NaOH (natrium hidroksida)
·           Penisilin dalam sampel
·           Streptomisin dalam sampel
·           Tetrasiklin murni
·           Tissu
·           Vitamin C dalam sampel
·           Vitamin C Murni
                               









E.       PROSEDUR KERJA
1.        

Vitamin C
 
Vitamin C


-         Digerus.
-         Dimasukkan secukupnya ke dalam 3 tabung reaksi.
-         Dilarutkan masing-masing dengan akuades dan diaduk.
 








-          Diamati.
-          Diulangi prosedur diatas untuk Vitamin C murni.

Hasil Pengamatan = ….?


2.        Antihistamin
a.      

CTM (Klorfeniramin Maleat)
 
CTM (Klorfeniramin Maleat)


-          Digerus 1 tablet hingga halus.
-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Dilarutkan dengan aksuades.
-          Diaduk
-          Ditambahkan NaOH 10 % dan CuSO4 1 M secukupnya.
-          Dipanaskan dengan Hot plate.
-          Diaduk dengan menggunakan batang pengaduk.
-          Diulangi prosedur di atas untuk CTM murni

Hasil pengamatan = ….?













b.     

Difenhidramin-HCl
 
Difenhidramin – HCl


-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan akuades.
-          Ditambahkan H2SO4 pekat.

Hasil pengamatan = ….?





3.        Antibiotika
a.      

Streptomisin dalam sampel
 
Streptomisin


-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan akuades.
-          Ditambahkan NaOH 10 %.
-          Dipanaskan.
-          Ditambahkan HCl.
-          Ditambahkan FeCl3

Hasil pengamatan = ….?



b.     

Tetrasiklin dalam sampel
 
Tetrasiklin


-          Digerus.
-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan akuades.
-          Ditambahkan H2SO4 pekat.
-          Dipanaskan.
-          Diulangi prosedur di atas untuk tetrasiklin murni.

Hasil pengamatan = ….?

c.       Penisilin


-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan akuades.
-          Ditambahkan Iodium
-          Diamati

Hasil pengamatan = ….?





d.      Kloramfenikol


-          Digerus.
-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Ditambahkan akuades.
-          Ditambahkan HCl encer.
-          Ditambahkan FeCl3.
-          Diulangi prosedur di atas untuk kloramfenikol murni.

Hasil pengamatan = ….?

e.       Ampisilin



-          Digerus 1 tablet hingga halus.
-          Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung reaksi.
-          Dilarutkan dengan akuades.
-          Ditambahkan FeCl3.
-          Dipanaskan dan diaduk.

Hasil pengamatan = ….?

F.        HASIL PENGAMATAN
NO
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
1.





2.





3.



4.

5.


6.




7.


8 .



9.
Vitamin C sampel
a.       Vitamin C + Pereaksi Fehling + dipanaskan
b.      Vitamin C + AgNO3 + dipanaskan

c.        Vitamin C + KMnO4 + dipanaskan
Vitamin C murni
a.       Vitamin  C murni + Pereaksi Fehling + dipanaskan
b.      Vitamin C murni + AgNO3 + dipanaskan

c.       Vitamin C murni + KMnO4 + dipanaskan
CTM
a.       CTM sampel + Larutan NaOH + CuSO4
b.      CTM murni + Larutan NaOH + CuSO4

Difenhidramin-HCL
Difenhidramin + H2SO4  pekat + Air 
Streptomisin
Streptomisin + NaOH + dipanaskan + HCl + FeCl3
Tetrasiklin
a.       Tetrasiklin sampel + H2SO4 pekat + dipanaskan
b.       Tetrasiklin murni + H2SO4 pekat + dipanaskan
Penicillin
Penicillin + Iodium

Kloramfenikol
a.       Kloramfenikol sampel + FeCl3 + HCl encer
b.      Kloramfenikol murni + FeCl3 + HCl encer
Ampisilin
Ampisilin + Air + FeCl3

Merah bata

Abu-abu dan ada endapan
Kuning

Merah bata

Putih dan ada endapan abu-abu
Bening

Biru tua
Biru muda dan ada endapan

Bening

Merah bata dan ada endapan

Orange dan ada endapan
Orange


Merah bata dan ada endapan

Kuning keruh

Kuning

 Orange








G.      PEMBAHASAN
Kimia Farmasi Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Sedangkan analsis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau senyawa yang ada di dalam sampel. Pada praktikum ini, untuk mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O, dan N yang lain dapat diketahui melalui analisis kualitatif.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu senyawa obat vitamin C, CTM, difenhidramin-HCl, streptomisin, tetrasiklin, penicillin, kloramfenikol, dan ampisilin serta masing-masing senyawa murninya yang digunakan sebagai pembanding senyawa-senyawa obat tersebut.
Indicator terjadinya reaksi yang membuktikan bahawa suatu sampel senyawa obat mengandung unsure C, H, O, dan N yang lain yaitu ditandai dengan terjadinya reaski seperti perubahan warna zat, adanya pengendapan, adanya panas, adanya gelembung, dan lain-lain.
Pertama, pengujian dilakukan pada sampel vitamin C. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk mengatur control kapiler darah secara memadai , mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes, memelihara kehamilan dan lain-lain. Vitamin C umumnya mudah teroksidasi, senyawa obat yang teroksidasi biasanya mengalami perubahan warna. Vitamin C dalam senyawa obat jika teroksidasi maka warnanya menjadi bintik-bintik kecoklatan, sedangkan vitamin C murni dengan hablur atau serbuk putih  jika teroksidasi berubaha warna menjadi kekuningan. Analisis kualitatif vitamin C sampel dengan penambahan pereaksi fehling, AgNO3, dan KMnO4 menghasilkan masing-masing perubahan warna yaitu merah bata, abu-abu ada endapannya, dan kuning. Sedangkan untuk vitamin C murni dengan perlakuan yang sama, menghasilkan masing-masing perubahan warna yaitu merah bata, putih ada endapan abu-abu, dan bening. Jika dibandingkan, warna vitamin C sampel lebih gelap daripada warna vitamin C murni. Hal ini disebabkan vitamin C sampel mengandung zat-zat tambahan lainnya dan kemungkinan mengandung vitamin C murni yang lebih sedikit dibandingkan dengan zat-zat tambahannya.
Kedua, pengujian dilakukan pada sampel CTM. Klorofeniramin Maleat atau yang biasa dikenal sebagai CTM merupakan salah satu senyawa obat yang berkhasiat sebagai antihistaminikum. Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2, dan H-3. Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast yang dihasilkan dari pemicu imunologis oleh interaksi antigen IgE. Analisis kualitatif sampel CTM direasksikan dengan NaOH dan  ditambahkan CuSO4 menghasilkan warna biru tua. Sedangkan untuk CTM murni dengan perlakuan yang sama, menghasilkan warna biru muda ada endapannya. Jika dibandingkan, warna CTM sampel lebig gelap daripada warna CTM murni. Hal ini disebabkan CTM sampel mengandung zat-zat tambahan lainnya dan kemungkinan mengandung CTM murni yang lebih sedikit dibandingkan dengan zat-zat tambahannya. Terbentuk endapan biru adalah sebagai hasil reaksi antara CTM dan Cu2+ yang membentuk senyawa kompleks dimana Cu2+ sebagai atom pusat dn CTM sebagai ligan.
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau molekul netral yang disebut ligan (ligands) dengan ikatan koordinasi. Warna nyala yang dimiliki pada setiap senyawa kompleks mempunyai warna nyala yang berbeda. Reaksi pembentukan senyawa kompleks merupakan reaksi Asam Basa lewis, dengan logam sebagai asam dan ligan sebagai basanya. Atom Pusat adalah atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan atau yang memiliki orbital (d) yang kosong. Ligan adalah molekul/ion yang mengelilingi logam.
Ketiga, pengujian dilakukan pada sampel difenhidramin–HCl yang juga merupakan salah satu senyawa obat yang berkhasiat sebagai antihistaminikum. Analisis kualitatif sampel difenhidramin ditambahkan H2SO4 pekat dan diencerkan dengan akuades menghasilkan warna bening. Hasil dari percobaan berbeda dengan hasil teori pada buku penuntun praktikum dimana warna larutan seharusnya merah-coklat. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan reagen yang telah rusak atau telah terkontaminasi oleh zat-zat asing atau human error, dimana kesalahan terjadi karena praktikan melakukan kesalahan pencampuran sampel dengan zat.
Selanjutnya, pengujian dilakukan untuk golongan senyawa obat antibiotikum. Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks kemoterapi tinggi, dan manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk. Senyawa antibiotikum yang akan di analisis secara kualitatif yaitu, streptomisin, tetrasiklin, penisilin, kloramfenikol, dan ampisilin. Analisis kualitatif sampel streptomisin direaksikan dengan NaOH, dipanaskan beberapa menit, kemudian diasamkan dengan HCl, dan ditambahkan beberapa tetes FeCl3 menjadi warna merah bata dan ada endapannya. Hasil dari percobaan juga berbeda dengan hasil teori pada buku penuntun praktikum dimana warna larutan seharusnya ungu. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan reagen yang telah rusak atau telah terkontaminasi oleh zat-zat asing atau human error.
Analisis kualitatif sampel tetrasiklin direaksikan dengan H2SO4 pekat, diencerkan dengan akuades menjadi warna kuning yang kemudian dipanaskan, menghasilkan warna kuning tua dan ada endapan. Endapan yang terbentuk merupakan hasil oksidasi tetrasiklin dengan H2SO4. Sedangkan untuk tetrasiklin murni dengan perlakuan yang sama meghasilkan warna kuning tua.
Analisis kualitatif sampel penisilin direaksikan dengan iodium menghasilkan warna merah bata dan ada endapan.
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat menimbulkan kelainan pada si pengguna. Analisis kualitatif sampel kloramfenikol direaksikan dengan FeCl3 dan ditambahkan HCl encer menghasilkan warna kuning keruh. Sedangkan untuk pembandingnya yaitu kloramfenikol murni dengan perlakuan yang sama menghasilkan warna kuning.
Percobaan terakhir, analisis kualitatif sampel ampisilin dilarutkan dengan akuades dan direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan warna orange atau kuning tua.










H.       KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa identifikasi reaksi-reaksi senyawa yang mengandung unsure C, H, O, N ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dan terbentuknya endapan.



















DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Yessy, 2011, Teknik Analisis Residu Golongan Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 16, No. 2, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Arifin, Helmi, Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Fetus Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal 1).
Putra, Effendy De Lux, 2002, Penetapan Kadar Ampisilin Dalam Tablet Dengan Nama Generic Dan Dagang Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Majalah Farmasi Indonesia, 13(4), Universitas Sumatera Utara.
Sudjaswadi, Riswaka, 1999, Peningkatan Daya Hambat Kloramfenikol Terhadap Staphylococcus Aureus Atcc 25923 Dan Escherichia Coli Atcc 25922 Karena Campuran Polietilenglikol 4000-Tween 80 (1:1), Sigma, Vol. II, No. 1, Universitas Gadjah Mada.