LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS I
PERCOBAAN II
REAKSI-REAKSI KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG
C, H, O, N YANG LAIN
OLEH
:
NAMA
: AMALIAH FAUZIAH KADIR
NIM
: F1F1 12 024
KELOMPOK : III
KELAS
: A
ASISTEN PEMBIMBING : SARLAN, S.Si
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013
REAKSI-REAKSI
KHUSUS SENYAWA YANG MENGANDUNG UNSUR C, H, O, N YANG LAIN
A.
TUJUAN
Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi-reaksi khusus senyawa yang
mengandung unsure C, H, O, N yang lain.
B.
LANDASAN
TEORI
Kimia
Farmasi Analisis adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang penggunaan
sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan
informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada
umumnya. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata
lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Sedangkan analsis
kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah kadar absolut atau relatif
dari suatu elemen atau senyawa yang ada di dalam sampel (Gandjar, 2007).
Vitamin
C merupakan salah satu vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tubuh
seseorang yang kekurangan vitamin C dengan mudah terkena penyakit yang dikenal
sebagai penyakit sariawan dengan gejala seperti gusi berdarah, sakit lidah,
nyeri otot dan sendi, berat badan berkurang, lesu dan lain-lain. Vitamin C
mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis
kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi
asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin.
Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid,
karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif
oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk mengatur control kapiler darah
secara memadai , mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes, memelihara
kehamilan dan lain-lain (Arifin, dkk., 2007).
Ampisilin digunakan secara luas sebagai
obat pilihan untuk pengobatan infeksi. Hal ini dikarenakan ampisilin mempunyai
spectrum antimikroba yang luas, dimana senyawa ini aktif terhadap Haemophilus
influenza, Bordetella pertusis, Neisseria gonorrhoeae, N meningitides,
Salmonella typhy, Proteus mirabilis, dan berbagai jalur E. coli. Ampisilin
banyak digunakan dalam pengobatan infeksi pada saluran napas dan saluran seni,
gonorhu, gastroenteritis, dan meningitis (Putra, 2002).
Antibiotik adalah substansi yang
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang sangat rendah. Salah
satu antibiotik yang banyak digunakan adalah golongan tetrasiklin untuk
menghambat sintesis protein bakteri (Anastasia, 2011).
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang
berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat
menimbulkan kelainan pada pematangan sel darah merah, peningkatan kadar besi
dalam serum dan anemia, bahkan dapat pula menimbulkan shock sirkulasi yang
parah. Dengan demikian, penggunaan kloramfenikol sebagai anti infeksi menjadi
terbatas mengingat efek sampingnya pada darah yang membahayakan kesehatan. Oleh
karena itu perlu pengembangan formulasi sediaan agar kloramfenikol lebih
efektif pada dosis yang lebih rendah sehingga efek samping obat berkurang
(Sudjaswadi, 1999).
C.
URAIAN
BAHAN
1.
Akuades (Dirjen POM, 1979).
Nama :
Aqua Destillata
Sinonim : Air suling
Berat
Molekul : 18,02
Rumus
Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai pelarut.
2.
Vitamin C (Dirjen POM, 1979).
Sinonim
:
Acidum Ascorbicum, Asam Askorbat
Berat
Molekul : 176, 13
Rumus
Molekul : C6H8O6
Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau
agak kuning; tidak berbau;
rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi
gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara,
dalam
larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar
larut dalam etanol
(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
P
dan dalam benzene P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan
: Antiskorbut, sebagai sampel.
3.
CTM (Dirjen POM, 1979).
Nama
Lain : Chlorpheniramini Maleas
Berat
Molekul : 390,87
Rumus
Molekul : C16H19ClN2.C4H4O4
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak
berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian air, dalam
10 bagian etanol (95%) P
dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar larut dalam eter
P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan
: Antihistaminikum, sebagai
sampel.
4.
Difenhidramin HCl (Dirjen POM, 1995).
Sinonim :
Diphenhydramini Hydrochloridum
Berat
Molekul : 291,82
Rumus
Molekul : C17H21NO.HCl
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak
berbau. Jika kena cahaya,
perlahan-lahan warnanya akan semakin gelap.
Larutannya
praktis netral terhadap kertas lakmus P.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95 %) P dan dalam
kloroform
P; agak sukar larut dalam aseton P;
sangat
sukar larut dalam benzene
P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
Kegunaan
: Antihistaminikum, sebagai
sampel.
5.
Streptomisin (Dirjen POM, 1979).
Nama
Lain : Streptomycini Sulfas,
Streptomisina Sulfat
Berat
Molekul : 1457,40
Rumus
Molekul : C42H78N14O24.3H2O
Kelarutan :
Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
etanol(95%)
P, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Pemerian : Zat padat; putih atau hamper
putih; tidak berbau atau
berbau lemah; rasa agak pahit.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap.
Kegunaan
: Antibiotik, stimulan susunan
saraf pusat, sebagai sampel.
6.
Tetrasiklina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim : Tetracyclinum
Berat
Molekul : 444,44
Rumus
Molekul : C22H24N2O8
Pemerian : Serbuk hablur; kuning; tidak
berbau atau sedikit berbau
lemah.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air;
larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P
dan dalam
eter P;
larut dalam asam encer; larut dalam alkali disertai
peruraian.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya. Jika
dalam udara lembab terkena sinar matahari
langsung,
warna menjadi gelap; larutan dengan pH tidak
lebih dari 2
menjadi inaktif dan rusak pada pH 7 atau
lebih.
Kegunaan
: Antibiotikum, sebagai sampel.
7.
Penisilina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim
:
Phenoxymethylpenicillinum, Fenoksimetilpenisilina
Berat
Molekul : 350,40
Rumus
Molekul : C16H18N2O5S
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air;
mudah larut dalam etanol
(95%) P,
praktis tidak larut dalam paraffin cair P
dan
dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Antibiotikum, sebagai
sampel.
8.
Kloramfenikol (Dirjen POM, 1979).
Sinonim
:
Chloramphenicolum
Berat
Molekul : 323,13
Rumus
Molekul : C11H12Cl2N2O5
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum
atau lempeng memanjang;
putih sampai putih kelabu atau putih
kekuningan; tidak
berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam
lemah,
mantap.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400
bagian air; dalam 2,5 bagian
etanol
(95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol
P,
sukar
larut dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan
: Antibiotikum, sebagai
sampel.
9.
Ampisilina (Dirjen POM, 1979).
Sinonim
:
Ampicillinum
Berat
Molekul : 349,41
Rumus
Molekul : C16H19N3O4S
Pemerian : Serbuk hablur renik; putih;
tidak berbau atau hampir tidak
berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 170 bagian air;
praktis tidak larut dalam 2,5
bagian etanol
(95%) P, dalam kloroform P ,
dalam eter P,
dalam aseton P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Antibiotikum, sebagai
sampel.
10. Asam
Klorida (Dirjen POM, 1995).
Sinonim : Acidum Hydrochloridum
Berat
Molekul : 36,46
Rumus
Molekul : HCl
Pemerian : Cairan tidak berwarna; berasap;
bau merangsang;
Jika diencerkan dengan 2 bagian volume air,
asap hilang.
Bobot jenis lebih kurang 1,18.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan
etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Zat tambahan.
11. Asam
Sulfat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim
:
Acidum Sulfuricum
Berat Molekul : 98,07
Rumus
Molekul : H2SO4
Pemerian : Cairan jernih seperti minyak,
tidak berwarna, bau sangat
tajam dan korosif. Bobot jenis lebih kurang
1,84.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan
etanol, dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai sampel.
12. Besi
(III) Klorida (Dirjen POM, 1995).
Sinonim :
Feri klorida
Berat
Molekul : 162,2
Rumus
Molekul : FeCl3
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur
berwarna hitam kehijauan; oleh
pengaruh lembab udara berubah menjadi jingga.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
Kegunaan
: Zat tambahan.
13. Iodium
(Dirjen POM, 1995).
Sinonim :
Iodum
Berat
Molekul : 126,90
Rumus
Molekul : I
Pemerian : Keping atau granul, berat, hitam
keabu-abuan; bau khas;
berkilau seperti metal.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air;
mudah larut dalam karbon
disulfida,
dalam kloroform, dalam karbon tetraklorida dan
dalam eter;
larut dalam etanol dan dalam larutan iodida;
agak sukar larut dalam gliserin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Zat tambahan.
14. Kalium
Permanganat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim :
Kalii Permanganas
Berat
Molekul : 158,03
Rumus
Molekul : KMnO4
Pemerian : Hablur, ungu tua, hampir tidak
tembus oleh cahaya yang
diteruskan dan berwarna biru metalik
mengkilap oleh
cahaya yang dipantulkan, kadang-kadang
disertai warna
merah tembaga tua; stabil di udara.
Kelarutan : Larut dalam air; mudah larut
dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Zat tambahan.
15. Kloroform
(Dirjen POM, 1979).
Sinonim
:
Chloroformum
Berat
Molekul : 119,38
Rumus
Molekul : CHCl3
Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak
berwarna; bau khas; rasa
manis dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200
bagian air; mudah larut
dalam etaol mutlak P, dalam eter P, dalam
sebagian besar
pelarut organic, dalam minyak atsiri dan
dalam minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat
kaca, terlindung
dari cahaya, pada suhu tidak lebih dari 300.
Kegunaan
: Zat tambahan.
16. Perak
Nitrat (Dirjen POM, 1979).
Sinonim :
Argenti Nitras
Berat
Molekul : 169,87
Rumus
Molekul : AgNO3
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk
hablur berwarna putih;
tidak berbau; menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air;
larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan
: Antiseptikum ekstern,
kaustikum.
17. Tembaga
Sulfat (Dirjen POM, 1995).
Sinonim
:
Kupri (II) Sulfat
Berat
Molekul : 159,60
Rumus
Molekul : CuSO4
Pemerian : Serbuk putih atau keabuan, bebas
dari sedikit warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan
: Sebagai sampel.
D.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
·
Batang pengaduk
·
Gegep
·
Gelas kimia
·
Hot
plate
·
Lumpang dan alu
·
Pipet tetes
·
Sendok tanduk
·
Tabung reaksi.
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
·
Akuades
·
Ampisilin dalam sampel
·
CTM dalam sampel
·
CTM murni
·
Difenhidramin-HCL
·
Kloramfenikol dalam sampel
·
Kloramfenikol muni
·
Larutan AgNO3 (perak nitrat)
·
Larutan CuSO4 (tembaga sulfat)
·
Larutan FeCl3 (Besi (III) klorida)
·
Larutan fehling
·
Larutan HCl (asam klorida) encer
·
Larutan H2SO4 (asam sulfat)
pekat
·
Larutan Iodium (I)
·
Larutan KMnO4 (kalium permanganat)
·
Larutan NaOH (natrium hidroksida)
·
Penisilin dalam sampel
·
Streptomisin dalam sampel
·
Tetrasiklin murni
·
Tissu
·
Vitamin
C dalam sampel
·
Vitamin
C Murni
E.
PROSEDUR
KERJA
1.
Vitamin C
|
-
Digerus.
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam 3 tabung
reaksi.
-
Dilarutkan masing-masing dengan akuades
dan diaduk.
-
Diamati.
-
Diulangi
prosedur diatas untuk Vitamin C murni.
Hasil
Pengamatan = ….?
2.
Antihistamin
a.
CTM (Klorfeniramin Maleat)
|
-
Digerus 1 tablet hingga halus.
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Dilarutkan
dengan aksuades.
-
Diaduk
-
Ditambahkan NaOH 10 % dan CuSO4 1 M secukupnya.
-
Dipanaskan
dengan Hot plate.
-
Diaduk
dengan menggunakan batang pengaduk.
-
Diulangi prosedur di atas untuk
CTM murni
Hasil
pengamatan = ….?
b.
Difenhidramin – HCl
|
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Ditambahkan akuades.
-
Ditambahkan H2SO4 pekat.
Hasil
pengamatan = ….?
3.
Antibiotika
a.
Streptomisin
|
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam tabung
reaksi.
-
Ditambahkan
akuades.
-
Ditambahkan NaOH 10 %.
-
Dipanaskan.
-
Ditambahkan HCl.
-
Ditambahkan
FeCl3
Hasil
pengamatan = ….?
b.
Tetrasiklin
|
-
Digerus.
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Ditambahkan akuades.
-
Ditambahkan H2SO4 pekat.
-
Dipanaskan.
-
Diulangi prosedur di
atas untuk tetrasiklin murni.
Hasil
pengamatan = ….?
c.
Penisilin
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Ditambahkan akuades.
-
Ditambahkan Iodium
-
Diamati
Hasil
pengamatan = ….?
d.
Kloramfenikol
-
Digerus.
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Ditambahkan akuades.
-
Ditambahkan
HCl encer.
-
Ditambahkan FeCl3.
-
Diulangi prosedur di
atas untuk kloramfenikol murni.
Hasil
pengamatan = ….?
e. Ampisilin
-
Digerus 1 tablet hingga halus.
-
Dimasukkan secukupnya ke dalam
tabung reaksi.
-
Dilarutkan dengan akuades.
-
Ditambahkan FeCl3.
-
Dipanaskan
dan diaduk.
Hasil pengamatan = ….?
F.
HASIL
PENGAMATAN
NO
|
PERLAKUAN
|
HASIL
PENGAMATAN
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8 .
9.
|
Vitamin C sampel
a. Vitamin
C + Pereaksi Fehling + dipanaskan
b. Vitamin
C + AgNO3 + dipanaskan
c. Vitamin C + KMnO4 + dipanaskan
Vitamin C murni
a. Vitamin C murni + Pereaksi Fehling + dipanaskan
b. Vitamin
C murni + AgNO3 + dipanaskan
c. Vitamin
C murni + KMnO4 + dipanaskan
CTM
a. CTM
sampel + Larutan NaOH + CuSO4
b. CTM
murni + Larutan NaOH + CuSO4
Difenhidramin-HCL
Difenhidramin +
H2SO4 pekat +
Air
Streptomisin
Streptomisin + NaOH +
dipanaskan + HCl + FeCl3
Tetrasiklin
a. Tetrasiklin
sampel + H2SO4 pekat + dipanaskan
b. Tetrasiklin murni + H2SO4 pekat
+ dipanaskan
Penicillin
Penicillin + Iodium
Kloramfenikol
a. Kloramfenikol
sampel + FeCl3 + HCl encer
b. Kloramfenikol
murni + FeCl3 + HCl encer
Ampisilin
Ampisilin + Air +
FeCl3
|
Merah bata
Abu-abu dan ada
endapan
Kuning
Merah bata
Putih dan ada endapan
abu-abu
Bening
Biru tua
Biru muda dan ada
endapan
Bening
Merah bata dan ada
endapan
Orange dan ada
endapan
Orange
Merah bata dan ada
endapan
Kuning keruh
Kuning
Orange
|
G.
PEMBAHASAN
Kimia Farmasi Analisis adalah cabang
ilmu kimia yang mempelajari tentang penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk
memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu
senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif
merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau
senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif
berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang
dituju dalam suatu sampel. Sedangkan analsis kuantitatif adalah analisis untuk
menentukan jumlah kadar absolut atau relatif dari suatu elemen atau senyawa
yang ada di dalam sampel. Pada praktikum ini, untuk mengidentifikasi
reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O, dan N yang lain dapat
diketahui melalui analisis kualitatif.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini
yaitu senyawa obat vitamin C, CTM, difenhidramin-HCl, streptomisin,
tetrasiklin, penicillin, kloramfenikol, dan ampisilin serta masing-masing
senyawa murninya yang digunakan sebagai pembanding senyawa-senyawa obat
tersebut.
Indicator
terjadinya reaksi yang membuktikan bahawa suatu sampel senyawa obat mengandung
unsure C, H, O, dan N yang lain yaitu ditandai dengan terjadinya reaski seperti
perubahan warna zat, adanya pengendapan, adanya panas, adanya gelembung, dan
lain-lain.
Pertama, pengujian dilakukan pada sampel
vitamin C. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi
molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh, seperti protein, lipid,
karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan reaktif
oksigen spesies. Vitamin C juga dibutuhkan untuk mengatur control kapiler darah
secara memadai , mencegah hemoroid, mengurangi resiko diabetes, memelihara
kehamilan dan lain-lain. Vitamin C umumnya mudah teroksidasi, senyawa obat yang
teroksidasi biasanya mengalami perubahan warna. Vitamin C dalam senyawa obat
jika teroksidasi maka warnanya menjadi bintik-bintik kecoklatan, sedangkan
vitamin C murni dengan hablur atau serbuk putih jika teroksidasi berubaha warna menjadi
kekuningan. Analisis kualitatif vitamin C sampel dengan penambahan pereaksi
fehling, AgNO3, dan KMnO4 menghasilkan masing-masing
perubahan warna yaitu merah bata, abu-abu ada endapannya, dan kuning. Sedangkan
untuk vitamin C murni dengan perlakuan yang sama, menghasilkan masing-masing
perubahan warna yaitu merah bata, putih ada endapan abu-abu, dan bening. Jika
dibandingkan, warna vitamin C sampel lebih gelap daripada warna vitamin C
murni. Hal ini disebabkan vitamin C sampel mengandung zat-zat tambahan lainnya
dan kemungkinan mengandung vitamin C murni yang lebih sedikit dibandingkan
dengan zat-zat tambahannya.
Kedua, pengujian dilakukan pada sampel
CTM. Klorofeniramin Maleat atau yang biasa dikenal sebagai CTM merupakan salah
satu senyawa obat yang berkhasiat sebagai antihistaminikum. Antihistamin adalah
obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh
melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2, dan H-3.
Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast yang
dihasilkan dari pemicu imunologis oleh interaksi antigen IgE. Analisis
kualitatif sampel CTM direasksikan dengan NaOH dan ditambahkan CuSO4 menghasilkan
warna biru tua. Sedangkan untuk CTM murni dengan perlakuan yang sama,
menghasilkan warna biru muda ada endapannya. Jika dibandingkan, warna CTM
sampel lebig gelap daripada warna CTM murni. Hal ini disebabkan CTM sampel
mengandung zat-zat tambahan lainnya dan kemungkinan mengandung CTM murni yang
lebih sedikit dibandingkan dengan zat-zat tambahannya. Terbentuk endapan biru
adalah sebagai hasil reaksi antara CTM dan Cu2+ yang membentuk
senyawa kompleks dimana Cu2+ sebagai atom pusat dn CTM sebagai
ligan.
Senyawa
kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion kompleks. Ion
kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa logam transisi
ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau molekul netral yang
disebut ligan (ligands) dengan ikatan koordinasi. Warna nyala yang dimiliki
pada setiap senyawa kompleks mempunyai warna nyala yang berbeda. Reaksi
pembentukan senyawa kompleks merupakan reaksi Asam Basa lewis, dengan logam
sebagai asam dan ligan sebagai basanya. Atom Pusat adalah atom yang menyediakan
tempat bagi elektron yang didonorkan atau yang memiliki orbital (d) yang
kosong. Ligan adalah molekul/ion yang mengelilingi logam.
Ketiga, pengujian dilakukan pada sampel
difenhidramin–HCl yang juga merupakan salah satu senyawa obat yang berkhasiat
sebagai antihistaminikum. Analisis kualitatif sampel difenhidramin ditambahkan
H2SO4 pekat dan diencerkan dengan akuades menghasilkan
warna bening. Hasil dari percobaan berbeda dengan hasil teori pada buku
penuntun praktikum dimana warna larutan seharusnya merah-coklat. Hal tersebut
kemungkinan dikarenakan reagen yang telah rusak atau telah terkontaminasi oleh
zat-zat asing atau human error,
dimana kesalahan terjadi karena praktikan melakukan kesalahan pencampuran
sampel dengan zat.
Selanjutnya, pengujian dilakukan untuk
golongan senyawa obat antibiotikum. Antibiotik adalah semua senyawa kimia yang
dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang
memiliki indeks kemoterapi tinggi, dan manifestasi aktivitasnya terjadi pada
dosis yang sangat rendah. Serta secara spesifik melalui inhibisi proses vital
tertentu pada virus, mikroorganisme, atau berbagai organisme bersel majemuk. Senyawa
antibiotikum yang akan di analisis secara kualitatif yaitu, streptomisin,
tetrasiklin, penisilin, kloramfenikol, dan ampisilin. Analisis kualitatif
sampel streptomisin direaksikan dengan NaOH, dipanaskan beberapa menit,
kemudian diasamkan dengan HCl, dan ditambahkan beberapa tetes FeCl3
menjadi warna merah bata dan ada endapannya. Hasil dari percobaan juga berbeda
dengan hasil teori pada buku penuntun praktikum dimana warna larutan seharusnya
ungu. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan reagen yang telah rusak atau telah
terkontaminasi oleh zat-zat asing atau human
error.
Analisis kualitatif sampel tetrasiklin
direaksikan dengan H2SO4 pekat, diencerkan dengan akuades
menjadi warna kuning yang kemudian dipanaskan, menghasilkan warna kuning tua
dan ada endapan. Endapan yang terbentuk merupakan hasil oksidasi tetrasiklin
dengan H2SO4. Sedangkan untuk tetrasiklin murni dengan
perlakuan yang sama meghasilkan warna kuning tua.
Analisis kualitatif sampel penisilin direaksikan
dengan iodium menghasilkan warna merah bata dan ada endapan.
Kloramfenikol merupakan antibiotika yang
berspektrum luas, namun penggunaan yang lama dan dosis yang cukup besar dapat
menimbulkan kelainan pada si pengguna. Analisis kualitatif sampel kloramfenikol
direaksikan dengan FeCl3 dan ditambahkan HCl encer menghasilkan
warna kuning keruh. Sedangkan untuk pembandingnya yaitu kloramfenikol murni
dengan perlakuan yang sama menghasilkan warna kuning.
Percobaan terakhir, analisis kualitatif
sampel ampisilin dilarutkan dengan akuades dan direaksikan dengan FeCl3
menghasilkan warna orange atau kuning tua.
H.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa identifikasi reaksi-reaksi senyawa yang
mengandung unsure C, H, O, N ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan
dan terbentuknya endapan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anastasia, Yessy, 2011, Teknik Analisis
Residu Golongan Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Secara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 16, No. 2, Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor.
Arifin, Helmi,
Vivi Delvita, dan Almahdy A., 2007, Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Fetus
Pada Mencit Diabetes, Jurnal Sains Dan
Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, Universitas Andalas.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope
Indonesia Edisi IV,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman,
2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta (hal 1).
Putra, Effendy De Lux, 2002, Penetapan
Kadar Ampisilin Dalam Tablet Dengan Nama Generic Dan Dagang Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Majalah
Farmasi Indonesia, 13(4),
Universitas Sumatera Utara.
Sudjaswadi, Riswaka, 1999, Peningkatan
Daya Hambat Kloramfenikol Terhadap Staphylococcus Aureus Atcc 25923 Dan
Escherichia Coli Atcc 25922 Karena Campuran Polietilenglikol 4000-Tween 80
(1:1), Sigma, Vol. II, No. 1,
Universitas Gadjah Mada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar